Beberapa tahun yang lalu saya mengadakan sebuah perjalanan ke kota Palopo dan Toraja Utara yaitu di kota Rantepao. Sebuah kota yang dulunya atau sebelum saya ke sana, saya sering membaca tulisan dalam buku yang dilakukan oleh orang-orang Belanda atau Amerika yang bertugas disana, pada akhir tulisan mereka selalu mereka tulis "dari Rantepao". Jadi, sejak saya membaca buku-buku rohani Kristen yang ditulis oleh pendeta-pendeta yang datang dari negeri yang saya sebutkan sebelumnya, pastilah mereka selalu sebut di prakata "dari Rantepao".
Pada tahun 2019, pengalaman ke kota Rantepao terwujud. Hal ini dimungkinkan karena saya diminta oleh seorang teman untuk mengajar di sana untuk beberapa hari. Saya kemudian berangkat dari Jakarta menuju Makasar, lalu ke kota Palopo selama beberapa hari dan melanjutkan lagi ke Toraja. Di kota Rantepao, saya punya kesempatan melihat beberapa tempat wisata menarik. Salah satunya yaitu "Objek Wisata Buntu Singki". Saya sempat bertanya, mengapa dinamakan demikian? Lalu penjaga objek wisata itu mengatakan kepada saya bahwa tidak ada jalan lain ke bukit untuk melihat Salib yang tertancap di atas bukit batu itu. Jalan satu-satunya adalah melalui jalan yang sudah disiapkan dan biasanya dilalui untuk sampai ke puncak bukit yang di atasnya dibangun sebuah monemen yang indah yang bersifat ilahiah.
Pada tahun 2019, pengalaman ke kota Rantepao terwujud. Hal ini dimungkinkan karena saya diminta oleh seorang teman untuk mengajar di sana untuk beberapa hari. Saya kemudian berangkat dari Jakarta menuju Makasar, lalu ke kota Palopo selama beberapa hari dan melanjutkan lagi ke Toraja. Di kota Rantepao, saya punya kesempatan melihat beberapa tempat wisata menarik. Salah satunya yaitu "Objek Wisata Buntu Singki". Saya sempat bertanya, mengapa dinamakan demikian? Lalu penjaga objek wisata itu mengatakan kepada saya bahwa tidak ada jalan lain ke bukit untuk melihat Salib yang tertancap di atas bukit batu itu. Jalan satu-satunya adalah melalui jalan yang sudah disiapkan dan biasanya dilalui untuk sampai ke puncak bukit yang di atasnya dibangun sebuah monemen yang indah yang bersifat ilahiah.
Bukit Singki memang tidak terlalu tinggi, namun setelah melalui jalan yang berliku-liku dan menanjak ke atas melalui tangga-tangga yang sudah dibangun, bila kita kuat maka kita akan sampai dengan rasa bahagia berada di atas bukit tersebut. Saya hampir menyerah menaiki tangga menuju bukit Singki di mana berdiri sebuah salib besar. Kepada teman yang mengantar saya, saya katakan, saya sudah tidak mampu melanjutkan. Paha saya terasa sulit digerakkan untuk berdiri secara baik dan berjalan menunju puncak. Saya dusuk sejenak dan memantapkan asa untuk menyelesaikan perjalanan ke bukit salib tersebut.
Akhirnya saya dan rekan sampai di atas bukit tersebut. Saya sempat berfoto di pintu masuk Objek Wisata Bukit Singki.
Akhirnya saya dan rekan sampai di atas bukit tersebut. Saya sempat berfoto di pintu masuk Objek Wisata Bukit Singki.
Saya sedang di pintu masuk, sebelum masuk kami membeli tiket. Harga tiket masuk saya sudah lupa harga pastinya. Pembaca blog dapat mencari informasi di situs lain tentang harga tiket masuk ke objek wisata buntu singki. Setelah foto dan membayar tiket masuk untuk 2 orang, saya dan teman masuk dan mulai berjalan menaiki tangga menuju bukit. Setelah saya sampai di bukit, saya mengambil beberapa pemadangan indah melalui video yang saya sudah posting di Yotube.
Pemandangan yang segera kita lihat di atas bukit Salib ke kota Rantepao untuk melihat keindahan alam dan penduduk kota Rantepao.
Pemandangan yang segera kita lihat di atas bukit Salib ke kota Rantepao untuk melihat keindahan alam dan penduduk kota Rantepao.
Selain itu, kita juga akan menyaksikan sebuah salib yang berdiri di atas bukit tersebut. Saya sendiri tidak mampu berada di samping kiri dan kanan dari bangunan salib karena sisi kiri dan kanan adalah jurang. Saya tidak mampu melihat dari atas. Saya kemudian turun dan mengambil rekaman di halaman yang lebih luas lagi, letaknya di atas bukit. Tempat tersebut bukan untuk parkir mobil atau motor karena tidak ada kenderaan beroda dua mapun empat bahkan enam yang bisa sampai ke buit itu. Bisa saja kecuali mobil dikasih kaki, bila hanya ban maka tidak mampu menaiki tangga tersebut sampai di puncak. Ha ha ha. Silakan lihat pemandangan tentang bukit sigki dan bagaimana menuruni bukit tersebut melalui jalan setapak.
Setelah beberapa menit kami menuruni tangga atau jalan setapak maka kamipun sampai di pintu keluar, duduk sebenar dan beli minum kemudian ngobrol sebenatr dengan penjaga objek wisata. Setelah itu pamit pulang ke tempat penginapan di Jalan Sa'dan.
Setelah selesai mengajar di kota Rantepao, saya kemudian kembali ke kota ujung pandang dengan menumpang bus malam. Para mahasiswa yang saya ajar, mereka membeli tiket dengan klas VIP. Perjalanan begitu menyenangkan. Pokoknya perjalanan dari Toraja ke Makasar tentu menyenangkan. Tempat duduk juga menyenangkan. Tinggal membeli tiket bus dan menikmati perjalanan dari Toraja ke Kota Makassar, lalu selanjutnya membeli tiket pesawat untuk penerbangan ke Jakarta. Bila kita menggunakan bus malam yang berangkat jam 17.00 ke atas maka kita sa,pai di Makasar pada subuh dan langsung turun dekat Bandara, dan tidak perlu berjalan terlalu jauh, cukup beberapa langkah kita sudah masuk ke bandara. Tentu ini menyenangkan.
Ketika saya di Toraja Utara, saya punya kesempatan berkunjung ke rumat adat Toraja yang sangat estetika. Misalnya perkunjungan saya ke rumah seorang yang lebih tua dari saya, saya sudah menganggap beliau adalah orangtua, demikian juga beliau menganggap saya anaknya, saya sempat singgah di Tongkonan mereka.
Setelah beberapa menit kami menuruni tangga atau jalan setapak maka kamipun sampai di pintu keluar, duduk sebenar dan beli minum kemudian ngobrol sebenatr dengan penjaga objek wisata. Setelah itu pamit pulang ke tempat penginapan di Jalan Sa'dan.
Setelah selesai mengajar di kota Rantepao, saya kemudian kembali ke kota ujung pandang dengan menumpang bus malam. Para mahasiswa yang saya ajar, mereka membeli tiket dengan klas VIP. Perjalanan begitu menyenangkan. Pokoknya perjalanan dari Toraja ke Makasar tentu menyenangkan. Tempat duduk juga menyenangkan. Tinggal membeli tiket bus dan menikmati perjalanan dari Toraja ke Kota Makassar, lalu selanjutnya membeli tiket pesawat untuk penerbangan ke Jakarta. Bila kita menggunakan bus malam yang berangkat jam 17.00 ke atas maka kita sa,pai di Makasar pada subuh dan langsung turun dekat Bandara, dan tidak perlu berjalan terlalu jauh, cukup beberapa langkah kita sudah masuk ke bandara. Tentu ini menyenangkan.
Ketika saya di Toraja Utara, saya punya kesempatan berkunjung ke rumat adat Toraja yang sangat estetika. Misalnya perkunjungan saya ke rumah seorang yang lebih tua dari saya, saya sudah menganggap beliau adalah orangtua, demikian juga beliau menganggap saya anaknya, saya sempat singgah di Tongkonan mereka.
Tongkonan Milik Opa Kembong Mallisa'
Saya sangat suka keindahan rumah-rumah adat di Toraja. Sayangnya saya punya waktu terbatas di Toraja, bila bisa sebulan mungkin banyak tempat yang dapat dikunjungi. Selama di Toraja hanya mengunjungi dua tempat wisata, satu di kota Rantepao dan satu di Makale yaitu ke tempat wisata PAtung Yesus memberkati.
Objek wisata untuk mereka yang tinggal di Jakarta juga tentu banyak. Tinggal mencari dan memesan tiket kemudian berwisata ke objke wisata yang ada di Jakarta, Bandung, Bogor, Pamgendara, Salatiga, Semarang, Solo, Surabaya, Bali dan NTT di Pulau Komodo dan kelimutu.
Semoga bermanfaat
Objek wisata untuk mereka yang tinggal di Jakarta juga tentu banyak. Tinggal mencari dan memesan tiket kemudian berwisata ke objke wisata yang ada di Jakarta, Bandung, Bogor, Pamgendara, Salatiga, Semarang, Solo, Surabaya, Bali dan NTT di Pulau Komodo dan kelimutu.
Semoga bermanfaat
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.